Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari
bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmuyang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita).
Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage).
Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.
Zemanta Pixie
dikirim pada hari Rabu, Juli 02, 2008 di label Sinematografi . untuk masuk kekotak komentar silahkan klik disini..!! blog ini mendukung "do follow". Setiap komentar yang anda berikan, akan dibalas dengan backlink dari sini.
FILM
Karya Kompromistis Tiga Pilar
Selasa, 6 Nopember 2007
Film dalam perkembangannya sudah masuk sebagai sebuah industri. Karena itu, sudah sangat sulit untuk memastikan apakah film yang dianggap bagus bisa untuk penilaian skenarionya yang bagus atau sutradaranya yang bagus. Bisa jadi karya film itu menjadi bagus karena produsernya.
Dalam produksi sebuah film ada tiga pilar-istilah orang film, three engle-yang punya andil besar menentukan mutu akhir film, yaitu penulis skenario, sutradara, dan sang produser yang punya duit.
Memang masih ada bagian editing, music scoring, dan sinematografi. Tapi peran mereka ini kurang diketahui oleh masyarakat. Padahal, dari kalangan praktisi film digambarkan bahwa editing, music scoring, dan sinematografi sangat menentukan mutu sebuah film.
Dalam workshop Road to Festival Film Jakarta 2007 di Jakarta belum lama ini, praktisi film, yaitu penulis skenario, sutradara, aktor, penyunting, musik, dan sinematografi memaparkan bagaimana sebuah film itu dibuat, dan seberapa besar intervensi masing-masing orang dalam memproduksi film.
Prima Rusdi, Joko Anwar, dan Salman Aristo (penulis skenario), Dimas Jayadiningrat (sutradara), Sastha Sunu, dan Cesa David (penyunting), Thoersi Argeswara dan Aghi Narotama (musik), Aria Agni (sinematografi), dalam penjelasan mereka tergambar bagaimana sulitnya mengukur originalitas karya seseorang dalam produksi sebuah film.
Menurut mereka, dalam memproduksi film dikenal istilah three engle, yaitu tiga unsur dalam film (penulis skenario, sutradara, produser). Meskipun hasil akhir sebuah film sering dikatakan sebagai hasil kerja sutradara, dalam proses produksinya tidak demikian karena penulis dan produser ternyata juga berperan sampai film selesai dibuat.
Karena itu, Dimas yang lebih akrap dipanggil Djay tidak keberatan kalau sebuah film itu adalah karya kompromistis antara penulis, sutradara, dan produser. "Ini sebetulnya rahasia 'dapur' yang tidak perlu orang mengetahuinya," kata Djay.
Sebagai "penglima" dalam proses pembuatan sebuah film, sutradara akan berunding dengan penulis skenario untuk mengubah sebagian dari cerita dalam skenario.
Begitu pula, sang produser akan bertindak yang sama jika menurut hematnya sebagian dari suatu skenario harus diubah karena tidak memiliki nilai jual.
Produser akan mengubah (menambah atau mengurangi) sebuah adegan jika dipandang adegan tersebut tidak memiliki nilai jual. (Laurentius chen).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar