Selasa, 27 Mei 2014

Review Film : Identity (2003)





haii..
kembali lagi bersama gue Apatya (you can call me apat). Kali ini cukup berbeda dengan review review sebelum nya yang membahas tentang Psikodiagnostik, kali ini gue akan mebahas tentang film yang cukup....MENYERAMKAN sekaligus MENDEBARKAN (CAPSLOCK GUE JEBOL WOY!) *krik *krik

forget it

anyway seperti yang tadi gue bilang, gue akan mereview film yang berjudul Identity tahun 2003.
untuk lebih jelas nya tentang film ini seperti pemain dan bla bla bla, kalian bisa lihat disini

ok lets start!

jujur, saat awal film ini gue cukup di buat bingung oleh sang creator dari film ini, karna pada awalnya film ini menceritakan tentang beberapa sudut pandang dari berbagai pemain dan gue cukup terheran-heran sebenarnya apa yang terjadi di film ini ?

di film ini ada sekitar 10 pemeran utama (kalo gasalah), diantara nya adalah supir limosin(Edward) dan 1 artis, perempuan yang seperti berandal(paris) , keluarga yang terdiri dari 2 pasang orang tua dan 1 anak (George, Allice, Timothy), polisi (Rhodes) dan tersangka yang sedang di bawa nya di dalam mobil, pasangan yang baru menikah((Lou, Ginny) dan terakhir adalah pemilij motel (larry)

singkat cerita karna badai hujan dan beberapa situasi, mereka semua berkumpul dalam motel, merekapun di bagikan kuunci kamar yang akan di tempati namun situasi menegangkan mulai terjadii disini...PEMBUNUHAN BERANTAI.

yups, satu persatu dari mereka mulai terbunuh dan yang pertama yang terbunuh adalah....sang artis! dia di temukan tidak bernyawa dan dengan kepala buntung di mesin cuci.
keadaanpun mulai tidak bisa dikendalikan, mereka menjeritt ketakutan karna mereka tidak bisa melakukan apa apa di dalam motel itu.
namun 1 polisi1 mantan polis(yang berprfesi supir limosin tadi) mencari dan keliling untukn mencari barang bukti yang bisa di temukan atau gerak gerik yang mencurigakan dan siapa sangka mereka menemukan kunci kamar bertuliskan angka 10 di dekat potongan kepala tadi

Anehnya di setiap penemuan mayat ditemukan kunci kamar motel dengan urutan nomor 10 untuk si aktris, 9 untuk Lou dan 8 untuk si napi. Tak disangka, ditemukan mayat dalam lemari pendingin yang ternyata pemilik motel sebelumnya. Beberapa waktu yang lalu, Larry menemukan si pria sudah mati ketika datang ke motel, namun ia bingung harus melakukan apa sehingga mayatnya disimpan dalam lemari pendingin agar menunggu keluarganya datang tetapi tak pernah ada yang datang melainkan tamu – tamu yang bermaksud menyewa kamar. Jadilah Larry mengambil alih motel tersebut.
Sayangnya tak ada yang percaya dengan cerita Larry sehingga ia dituduh sebagai pembunuh orang – orang tersebut. Larry yang panik kemudian kabur dengan mobil, namun tidak sampai ia keluar dari motel, ia menabrak George. Larry akhirnya diamankan dan kemudian Alice yang terluka parah meninggal. Ginny yang kemudian mengambil peran sebagai pelindung bagi Timmy kemudian kabur membawa Timmy. Namun mobil yang mereka tumpangi meledak sebelum keluar dari motel.
Akhirnya orang – orang yang tersisa hanya tinggal Edward, Rhodes, Paris, dan Larry. Mereka menerka – nerka latar belakang dari pembunuhan ini. Ternyata ulang tahun mereka dan orang – orang yang dibunuh bertanggal sama, yaitu 10 Mei dan mereka memiliki nama depan atau nama belakang yang mirip nama Negara bagian seperti Edward 'Ed' Dakota - Samuel Rhodes - Paris Nevada - George York - Alice York - Timmy York - Larry Washington - Caroline Suzanne - Virginia "Ginny" Isiana - Lou Isiana - Robert Maine. Kecurigaan mulai timbul satu sama lain yang menyebabkan Larry terbunuh.
Tiba tiba scene berganti kembali ke pengadilan Malcolm Rivers, ternyata dalam diri Malcolm terdapat lebih dari 10 karakter berbeda yang ia karang sendiri dan saling membunuh dalam cerita di motel tersebut. Dokter yang menanganinya percaya bahwa tokoh Rhodes lah yang merupakan karakter pembunuh. Dengan kata lain, seluruh kejadian di motel merupakan rekayasa pikiran Malcolm Rivers yang diperintahkan untuk menghilangkan kepribadian pembunuh dalam dirinya. Dalam jalannya sidang seperti melihat seluruh kepribadian Malcolm yang saling membunuh, hal ini untuk membuktikan bahwa sebenarnya raga Malcolm tidak bersalah, tetapi pikiran – pikirannyalah yang berbahaya.

Cerita lalu kembali pada kejadian di motel, Edward dan Rhodes saling menembak hingga keduanya tewas. Hingga tersisa Paris yang akhirnya melanjutkan hidup membuka kebun jeruk atau sama saja seperti karakter Paris lah yang akhirnya dipertahankan Malcolm. Namun unpredictable ending dalam film ini patut diacungi jempol. Ternyata karakter pembunuh sebenarnya adalah Timothy atau Timmy anak dari George dan Caroline. Dialah yang membunuh orang – orang atau kepribadian – kepribadian Malcolm. Di akhir cerita, Paris yang sedang menggali tanah tiba – tiba menemukan kunci motel bernomor 1, kemudian tiba – tiba datang Timmy lalu membunuhnya sebagai wujud dari Malcolm yang mempertahankan karakter Timmy dalam dirinya.
Teori Dissociative Identity Disorder (Multiple Personality) 



DID atau kepribadian ganda merupakan suatu penyakit kelainan mental dimana seseorang dapat menunjukan dua atau lebih kepribadian (alter) yang masing-masing memiliki nama, karakter, kemampuan, dan bahkan ingatan yang berbeda.


Gejala-gejala DID adalah:

  1. Depersonalisasi dan Derealisasi.
  2. Mengalami distorsi waktu, amnesia, dan penyimpangan waktu.
  3. Sakit kepala dan keinginan bunuh diri.
  4. Fluktuasi tingkat kemampuan dan gambaran diri.
  5. Perilaku menyakiti diri sendiri.
  6. Kecemasan dan depresi.


Kriteria Diagnosis

Terdapat empat kriteria untuk mendiagnosis gangguan identitas disosiatif pada seseorang, yaitu:
  1. Kehadiran dua atau lebih kepribadian. 
  2. Kepribadian tersebut dapat mengendalikan perilaku.
  3. Ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang melebihi kelupaan pada normalnya.
  4. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau kondisi medis umum.

    Diagnosis - Wawancara Klinis Terstruktur 

    Wawancara Klinis Terstruktur (Structured Clinical Interview for DSM-IV). Metode wawancaranya pun telah memiliki panduan, yaitu menggunakan diagnosis dan penjadwalan wawancara terstruktur untuk penderita gangguan identitas disosiatif.

    Sebuah tes sederhana dianggap tetap valid untuk melakukan diagnosis yang dinamakan Pengukuran Kejadian Disosiatif pada Penderita (Dissociative Experience Scale). Diagnosis harus dilakukan oleh psikiater atau psikolog yang berkompeten dan bersertifikat.

    Terkadang kesalahan sering terjadi karena gangguan kepribadian disosiatif kerap kali mirip dan/ atau hadir dengan gangguan lainnya seperti disosiatif amnesia, depresi, kecemasan, atau gangguan panik.

    Panduan Diagnosis 

    Berbagai panduan diagnosis dari gangguan identitas disosiatif bisa dilihat pada:
    • ICD-10 dengan kode F44.9.
    • DSM-IV TR dengan kode 300.14.
    • PPDGJ III dengan kode F60.2. 








    Penyebab DID


    Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan identitas disosiatif, yaitu:

    • Kemampuan bawaan untuk memisahkan kepribadian dengan mudah.
    • Pelecehan seksual pada masa kecil yang berulang.
    • Kurangnya orang yang melindungi ataupun menghibur dari pengalaman buruk yang dialami.
    • Pengaruh dari anggota keluarga lain yang memiliki gangguan psikologis.
    Penyebab utama gangguan identitas disosiatif sebenarnya adalah trauma berkepanjangan yang dialami pada masa kanak-kanak. Trauma tersebut terbentuk akibat beragam penyiksaan dan pelecehan, seperti: penyiksaan dan pelecehan seksual, kekerasan fisik, kekerasan secara psikologis, dan juga ritual-ritual aneh yang menyakiti sang korban (Satanic Ritual Abuse).

    sekian dari saya sampai bertemu lagi guys :D
    Source :
    http://en.wikipedia.org/wiki/Identity
    Identity (2003)
    http://tulisanvanda.blogspot.com/2010/07/identity.html


    Selasa, 06 Mei 2014

    Tes Proyeksi dan Kepribadian

    1. SEJARAH
    Timbulnya Tes Proyektif berawal dari teknik Free Association dari Freud dan kemudian dikembangkan oleh Galton pada tahun 1829 dalam bentuk Word Technique. Tujuannya untuk mengungkap ketidaksadaran ( konflik – konflik, ketegangan, frustasi), juga mengukur aktivitas social dan minat individu. Pada awalnya tes ini digunakan untuk mengetahui eksplorasi dan proses berpikir seseorang, menggunakan 75 kata yang masing – masing ditulis dalam satu kartu. Penyajiannya subyek disodorkan masing – masing kartu dan menjawab/ merespon apa yang pertama kalo muncul dalam pikirannya. Jawaban boleh lebih dari satu. Hal yang perlu di perhatikan adalah ekspresi subyek dan bagaimana cara menjawabnya.
    1. PENGERTIAN TES PROYEKTIF
    Teknik proyektif merupakan salah satu alat yang memungkinkan untuk mengungkap motif, nilai, keadaan emosi, need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara individu memproyeksikan kepribadiannya melalui obyek di luar individu.
    1. TEORI
    Menurut Murray, dalam tes proyeksi bila subyek dihadapkan pada materi/ stimulus yang sifatnya ambigouos, kemudian subyek diminta untuk memeberi respon terhadap stimulus tersebut, subyek akan memberi respon dengan cara memproyeksikan dorongan – dorongan yang ada pada dirinya dalam perbuatan yang biasanya melalui koreksi / kerjasama dengan tuntutan – tuntutan yang bersifat eksternal. Dan menurut Murray reaksi individu terhadap stimulus ambigouos tersebut merupakan kerjasama / interaksi antara need dan press yang disebut thema
    1. TEKNIK – TEKNIK PROYEKTIF
    Menurut L.K Frank mengklasifikasikan teknik – teknik proyektif sbb :
    1. Teknik Konstitutif ( menyusun ) : Subyek diberikan materi yang belum berstruktur, kemudian subyek diminta untuk memberi struktur
    2. Teknik Konstruktif ( membentuk ) : Subyek diberikan materi yang belum berbentuk, kemudian diminta untuk membentuk
    3. Teknik Interpretatif ( menginterpretasi ) : subyek diberikan materi kemudian diminta untuk menginterpretasi
    4. Teknik Katartik : bertujuan ketika pada saat subyek merespon akan terjadi pengurangan hambatan – hambatan psikis
    5. Teknik Rafraktif / ekspresif : subyek diberikan materi / stimulus, kemudian subyek diminta mengekspresikan need, sentimen dan lain – lainnya yang ada padanya.
    Menurut Lindzey teknik – teknik proyektif di klasifikasikan sbb :
    1. Teknik Asosiasi : Subyek diberikan materi kemudian subyek diminta untuk merespon dengan cara mengeluarkan / menyampaikan apa yang pertama kali muncul dalam pikirannya atas stimulus tersebut
    2. Teknik Konstruksi : Subyek diminta untuk menyusun materi yang belum berbentuk menjadi suatu cerita / gambar. Fokusnya adalah pada hasil subyek
    3. Teknik Melengkapi : Subyek diberi materi yang belum lengkap kemudian diminta untuk melengkapi
    4. Teknik Mengatur : Subyek diberi materi / soal yang ada alternatif jawaban kemudian diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya atau membuat uritan atas dasar pilihan jawaban anda.
    5. Teknik Ekspresif : Hampir mirip dengan teknik konstruksi, hanya saja materi yang harus dibentuk sifatnya lebih mentah. Fokusnya adalah pada cara subyek menyelesaikan materi.
    5.MACAM – MACAM TES PROYEKTIF Tes Grafis
    Tes Wartegg
    TAT
    CAT – A/H
    Tes Ro’
    Hand Test
    Bender Gestal
    SSCT
    1. CIRI – CIRI TES PROYEKTIF
    Prinsip dasar dari Tes Proyektif adalah :
    1. Stimulusnya bersifat tidak berstruktur yang memungkinkan subyek mempunyai alternative pilihan yang banyak
    2. Stimulusnya bersifat ambiguous yang memungkinkan subyek merespon stimulus / materi tes sesuai dengan interpretasinya masing – masing
    3. Stimulusnya bersifat kurang mempunyai obyektifitas relative. Sifat ini memudahkan untuk mendapatkan individual differences karena masing – masing subyek memiliki kesimpulan yang berbeda – beda dalam mengamati stimulus yang dihadapkan padanya.
    4. Global approach yang artinya menuntut kesimpulan yang luas.
    1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES PROYEKTIF
    1. Rapport dan keleluasaan Penggunaan
    Sebagian besar teknik proyektif dapat berfungsi sebagai ice breaker selama terjalinnya hubungan antara tester dan testi. Tugas – tugasnya menarik dan tidak membosankan, bahkan seringkali bersifat menghibur. Sehingga dapat digunakan untuk anak – anak, mereka yang buta huruf, dan orang – orang dengan gangguan bicara
    1. Faking
    Pada umumnya teknik proyektif dapat terhidar dari kecenderungan terjadinya faking, di bandingkan dengan self-report.
    1. Variabel Tester dan Situasi
    Sudah dijelaskan bahwa sebagian besar teknik proyektif lemah dalam standardisasi administrasi maupun skoringnya. Oleh karena itu untuk hasil yang akurat sangat penting diperjatikan situasi tester, perilaku tester. Karena hal ini dapat mempengaruhi produktivitas respon, defens, imajinasi dari klien.
    1. Norma
    Kelemahan dari teknik proyektif adalah data normative. Sejumlah data mungkin sangat kurang, tidak akurat, atau meragukan. Hal ini juga akan berpengaruh pada obyektivitas interpretasi. Kebanyakan para klinisi akan menggunakan pengalaman klinisnya dalam interpretasi, sehingga hasilnya menjadi bias
    1. Reabilitas
    Sebuah teknik, seperti halnya teknik proyektif, yang dianggap mempunyai prosedur skoring yang relative kurang terstandar, reabilitas sjorer atau penilai menjadi sangat penting.
    1. Validitas
    Studi tentang validitas teknik proyektif yang banyak dilakukan adalah concurrent criterion – related validity. Dengan cara membandingkan performasi dari kelompok – kjelompok kontras, seperti kelompok okupasional dengan kelompok diagnostic, dengan menggunakan alat ukur lain yang mengungkap hal yang sama.

    Kepribadian
    Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori Allport.
    Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
    Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
    Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.
    Source :
    http://revolusiterapi.wordpress.com/2012/10/17/test-proyektif-dalam-rangka-refreshing-alat/
    http://www.psychologymania.com/2010/03/gordon-allport-tokoh-psikologi.html