Selasa, 06 Mei 2014

Tes Proyeksi dan Kepribadian

  1. SEJARAH
Timbulnya Tes Proyektif berawal dari teknik Free Association dari Freud dan kemudian dikembangkan oleh Galton pada tahun 1829 dalam bentuk Word Technique. Tujuannya untuk mengungkap ketidaksadaran ( konflik – konflik, ketegangan, frustasi), juga mengukur aktivitas social dan minat individu. Pada awalnya tes ini digunakan untuk mengetahui eksplorasi dan proses berpikir seseorang, menggunakan 75 kata yang masing – masing ditulis dalam satu kartu. Penyajiannya subyek disodorkan masing – masing kartu dan menjawab/ merespon apa yang pertama kalo muncul dalam pikirannya. Jawaban boleh lebih dari satu. Hal yang perlu di perhatikan adalah ekspresi subyek dan bagaimana cara menjawabnya.
  1. PENGERTIAN TES PROYEKTIF
Teknik proyektif merupakan salah satu alat yang memungkinkan untuk mengungkap motif, nilai, keadaan emosi, need yang sukar diungkap dalam situasi wajar dengan cara individu memproyeksikan kepribadiannya melalui obyek di luar individu.
  1. TEORI
Menurut Murray, dalam tes proyeksi bila subyek dihadapkan pada materi/ stimulus yang sifatnya ambigouos, kemudian subyek diminta untuk memeberi respon terhadap stimulus tersebut, subyek akan memberi respon dengan cara memproyeksikan dorongan – dorongan yang ada pada dirinya dalam perbuatan yang biasanya melalui koreksi / kerjasama dengan tuntutan – tuntutan yang bersifat eksternal. Dan menurut Murray reaksi individu terhadap stimulus ambigouos tersebut merupakan kerjasama / interaksi antara need dan press yang disebut thema
  1. TEKNIK – TEKNIK PROYEKTIF
Menurut L.K Frank mengklasifikasikan teknik – teknik proyektif sbb :
  1. Teknik Konstitutif ( menyusun ) : Subyek diberikan materi yang belum berstruktur, kemudian subyek diminta untuk memberi struktur
  2. Teknik Konstruktif ( membentuk ) : Subyek diberikan materi yang belum berbentuk, kemudian diminta untuk membentuk
  3. Teknik Interpretatif ( menginterpretasi ) : subyek diberikan materi kemudian diminta untuk menginterpretasi
  4. Teknik Katartik : bertujuan ketika pada saat subyek merespon akan terjadi pengurangan hambatan – hambatan psikis
  5. Teknik Rafraktif / ekspresif : subyek diberikan materi / stimulus, kemudian subyek diminta mengekspresikan need, sentimen dan lain – lainnya yang ada padanya.
Menurut Lindzey teknik – teknik proyektif di klasifikasikan sbb :
  1. Teknik Asosiasi : Subyek diberikan materi kemudian subyek diminta untuk merespon dengan cara mengeluarkan / menyampaikan apa yang pertama kali muncul dalam pikirannya atas stimulus tersebut
  2. Teknik Konstruksi : Subyek diminta untuk menyusun materi yang belum berbentuk menjadi suatu cerita / gambar. Fokusnya adalah pada hasil subyek
  3. Teknik Melengkapi : Subyek diberi materi yang belum lengkap kemudian diminta untuk melengkapi
  4. Teknik Mengatur : Subyek diberi materi / soal yang ada alternatif jawaban kemudian diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya atau membuat uritan atas dasar pilihan jawaban anda.
  5. Teknik Ekspresif : Hampir mirip dengan teknik konstruksi, hanya saja materi yang harus dibentuk sifatnya lebih mentah. Fokusnya adalah pada cara subyek menyelesaikan materi.
5.MACAM – MACAM TES PROYEKTIF Tes Grafis
Tes Wartegg
TAT
CAT – A/H
Tes Ro’
Hand Test
Bender Gestal
SSCT
  1. CIRI – CIRI TES PROYEKTIF
Prinsip dasar dari Tes Proyektif adalah :
  1. Stimulusnya bersifat tidak berstruktur yang memungkinkan subyek mempunyai alternative pilihan yang banyak
  2. Stimulusnya bersifat ambiguous yang memungkinkan subyek merespon stimulus / materi tes sesuai dengan interpretasinya masing – masing
  3. Stimulusnya bersifat kurang mempunyai obyektifitas relative. Sifat ini memudahkan untuk mendapatkan individual differences karena masing – masing subyek memiliki kesimpulan yang berbeda – beda dalam mengamati stimulus yang dihadapkan padanya.
  4. Global approach yang artinya menuntut kesimpulan yang luas.
  1. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES PROYEKTIF
  1. Rapport dan keleluasaan Penggunaan
Sebagian besar teknik proyektif dapat berfungsi sebagai ice breaker selama terjalinnya hubungan antara tester dan testi. Tugas – tugasnya menarik dan tidak membosankan, bahkan seringkali bersifat menghibur. Sehingga dapat digunakan untuk anak – anak, mereka yang buta huruf, dan orang – orang dengan gangguan bicara
  1. Faking
Pada umumnya teknik proyektif dapat terhidar dari kecenderungan terjadinya faking, di bandingkan dengan self-report.
  1. Variabel Tester dan Situasi
Sudah dijelaskan bahwa sebagian besar teknik proyektif lemah dalam standardisasi administrasi maupun skoringnya. Oleh karena itu untuk hasil yang akurat sangat penting diperjatikan situasi tester, perilaku tester. Karena hal ini dapat mempengaruhi produktivitas respon, defens, imajinasi dari klien.
  1. Norma
Kelemahan dari teknik proyektif adalah data normative. Sejumlah data mungkin sangat kurang, tidak akurat, atau meragukan. Hal ini juga akan berpengaruh pada obyektivitas interpretasi. Kebanyakan para klinisi akan menggunakan pengalaman klinisnya dalam interpretasi, sehingga hasilnya menjadi bias
  1. Reabilitas
Sebuah teknik, seperti halnya teknik proyektif, yang dianggap mempunyai prosedur skoring yang relative kurang terstandar, reabilitas sjorer atau penilai menjadi sangat penting.
  1. Validitas
Studi tentang validitas teknik proyektif yang banyak dilakukan adalah concurrent criterion – related validity. Dengan cara membandingkan performasi dari kelompok – kjelompok kontras, seperti kelompok okupasional dengan kelompok diagnostic, dengan menggunakan alat ukur lain yang mengungkap hal yang sama.

Kepribadian
Secara umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu ”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori Allport.
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
Dalam teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh Freud.
Source :
http://revolusiterapi.wordpress.com/2012/10/17/test-proyektif-dalam-rangka-refreshing-alat/
http://www.psychologymania.com/2010/03/gordon-allport-tokoh-psikologi.html

Tidak ada komentar: